Memiliki anak yang cerdas dan sholeh pasti merupakan dambaan
setiap orang tua. Harapan itu bukanlah suatu hal yang mustahil apabila
dipersiapkan sejak dini. Bukan berarti harus menunggu punya anak terlebih
dahulu untuk mempersiapkan semua itu, tetapi bisa dipersiapkan sejak anak masih
didalam kandungan, ataupun bahkan sejak orang tua belum menikah pun juga sudah
bisa mempersiapkan.
Siapa yang tidak bangga apabila memiliki anak yang berprestasi
disekolah? Siapa yang tidak bangga apabila anak-anaknya memiliki bakat dan
karya yang bermanfaat? Siapa yang tidak merasa bahagia memiliki anak-anak yang
sholeh? Siapa pun itu, bagaimana pun kondisi sosial dan ekonomi seseorang,
pasti menginginkan anak-anaknya pintar, sukses, dan berakhlak baik.
Memiliki anak yang cerdas dan pintar bukanlah suatu hal yang
gampang. Bagaimana memilihkan sekolah yang terbaik untuknya, menjaga makanan
yang masuk ke dalam perutnya, mengontrol jam belajar dan rutinitas
sehari-harinya, memberi les tambahan seperti les bahasa diluar jam sekolahnya,
dll. Setiap orang tua berusaha memberikan yang terbaik sesuai kemampuan
masing-masing. Namun, tahukah kita, sebenarnya pendidikan anak bisa dimulai
sejak anak dalam kandungan? Tentu saja bukan seperti orang dewasa dengan
mengajari membaca atau berhitung kepada si janin. Tapi bayi di dalam kandungan
dapat mendengar bunyi-bunyi tertentu sambil mengalami sensasi tertentu.
Misalnya, tatkala si Ibu mengatakan 'tepuk', anak dalam
kandungan mendengar bunyi 't-e-p-u- dan k', karena pada saat yang bersamaan si
ibu menepuk perutnya. Kombinasi bunyi dan pengalaman ini memberi kesempatan
bagi anak dalam kandungan untuk belajar memahami hubungan tentang bunyi dan
sensasi pada tingkat pengenalan praverbal.
Otak adalah suatu organ yang komponen lemaknya ± 60%. Pada masa
perkembangan janin dalam kandungan, otak mengambil 70% dari total energi ibu.
Selama dalam kandungan sampai dengan bayi lahir untuk perkembangan otak dan
saraf yang optimal dibutuhkan asam lemak esensial yang spesifik misalkan
decosahexanoic Acid (DHA) yaitu asam lemak tak jenuh rantai panjang
(polyunsaturated fatty acids).Perlu diketahui bahwa perkembangan otak manusia
dimulai dalam kandungan dan perkembangannya menjadi lambat setelah usia 3
tahun, jadi DHA penting pada fase ini.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh para ilmuwan dalam
bidang perkembangan pra lahir menunjukan bahwa selama berada dalam rahim, anak
dapat belajar, merasa, dan mengetahui perbedaan antara gelap dan terang. Ketika
umur kandungan telah mencapai lima bulan, maka instrumen indra anak dalam
kandungan sudah potensial menerima stimulasi dan sensasi dari luar rahim,
seperti indra peraba bayi sudah bisa merasakan sentuhan dan rabaan orang
tuanya, indra pendengaran bayi sudah mampu mendengar, misalnya suara khas
ibunya, dan indra penglihatan bayi sudah mampu melihat sinar terang dan gelap di
luar rahim. Dengan latihan pendidikan pralahir berarti memberikan stimulasi
sistematis bagi otak dan perkembangan saraf bayi sebelum dilahirkan. Selain
itu,latihan-latihan edukatif pra lahir membantu bayi lebih efektif dan efisien
dan menambah kapasitas belajar setelah ia dilahirkan.
Para peneliti telah menemukan banyak hal, mengenai keistimewaan
pendidikan pralahir ini, diantaranya adalah: peningkatan kecerdasan otak bayi,
keseimbangan komunikasi lebih baik antara anak (yang telah mengikuti program
pendidikan pralahir) dengan orang tuanya, anggota keluarganya dan atau dengan
lingkungannya dibanding dengan teman-temannya yang tidak mengikuti program
pendidikan pralahir. Dr.Craig dari University of Al-abama menunjukkan bahwa
program-program stimulasi dini meningkatkan nilai tes kecerdasan dalam
pelajaran utama pada semua anak yang diteliti dari masa bayi hingga usia 15
tahun. Anak-anak tersebut mencapai kecerdasan 15 hingga 30 persen lebih tinggi.
Sebenarnya, keistimewaan-keistimewaan pendidikan anak dalam
kandungan (anak pralahir) merupakan hasil dari sebuah proses yang sistematis
dengan merangkaikan langkah, metode dan materi yang dipakai oleh orang tuanya
dalam melakukan pendidikan (stimulasi edukatif) dan orientasi serta tujuan ke
mana keduanya mengarah dan mendidik. Bahkan dalam Islam, pendidikan pralahir
ini hendaklah dimulai sejak awal pembuahan (proses nuthfah). Artinya, seorang
yang menginginkan seorang anak yang pintar, cerdas, terampil dan berkepribadian
baik (saleh/salehah), ia harus mempersiapkan perangkat utama dan pendukungnya
terlebih dahulu.
Adapun persiapan yang perlu dilakukan adalah memulai dan
melakukan hubungan biologis secara sah dan baik, serta berdoa kepada Allah agar
perbuatannya tidak diganggu setan dan sia-sia. Selain itu,menggantungkan
permohonan hanya kepada Allah semata agar dikaruniai seorang anak yang shaleh.
Rasulullah bersabda: "Manakala seseorang di antara kalian
sebelum menggauli istrinya terlebih dahulu mengucapkan 'Bismillaahi, Allohumma
janibnaasy syaithoona wa jannibi syaithoona maa rozaqtanaa' (dengan menyebut
nama Allah, Ya Allah, hindarkanlah kami dari gangguan setan dan hindarkan pula
anak yang akan Engkau anugrahkan kepada kami dari gangguan setan), kemudian
dilahirkanlah dari keduanya seorang anak,niscaya selamanya setan tidak akan
mengganggunya." (Muttafaqun 'Alaihi).
Subhanallah, Rasulullah sendiri yang mengatakan bahwa seorang
anak yang lahir dengan awal yang baik maka selamanya tidak akan diganggu setan.
Tidakkah kita terpesona dengan kalimat-kalimat di atas?
Praktek memberikan stimulus pendidikan anak dalam kandungan
telah dilakukan jauh sebelum teori dan praktek di atas dikembangkan. Konon,Nabi
Zakaria telah memberikan stimulasi pendidikan pada anak pralahir yaitu anak
yang dikandung oleh istrinya, sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur'an surat
Maryam (19) ayat 10-11. Di dalamnya dijelaskan bahwa pelayanan stimulasi
pendidikan yang dilakukan oleh Nabi Zakaria telah membuahkan hasil yang yang
bagus, yakni anak yang memiliki kecerdasan tinggi dalam memahami hukum-hukum
Allah. Selain itu digambarkan pula bahwa anak yang dikaruniai itu adalah sosok
yang terampil dalam melaksanakan titah Allah, memiliki fisik yang kuat,
sekaligus seorang anak yang sangat berbakti kepada orang tuanya, sebagaimana
diisyaratkan pada kelanjutan ayat 12-15 masih dalam surat yang sama.
Bahkan,kemudian anak tersebut dipercaya dijadikan pewaris tunggal orang tuanya
yakni tugas kenabian. Subhanallah. Ini adalah suatu praktek pendidikan
anak dalam kandungan yang dilakukan secara bersama antara suami dan istri
dengan kesamaan visi dan misi yaitu orientasi pendidikan yang bersumber pada
motivasi untuk memurnikan keesaan Allah semata. Sebuah kondisi yang membuahkan
keridhaan Allah sehingga dengan curahan rahmat-Nya keberkahan pun mengalir mengiringi
laju bahtera rumah tangga tersebut.
"Dialah Yang menciptakan kamu dari diri yang satu dan
daripadanya Dia menciptakan istrinya, agar dia merasa senang kepadanya.
Maka,setelah dicampurinya, istrinya itu mengandung kandungan yang ringan,dan
teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat,
keduanya (suami-istri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata,
'Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang saleh,tentulah kami termasuk
orang-orang yang bersyukur'." (Al-A'raaf : 189)
"Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya
berfirman):"Bukankah Aku ini Tuhanmu". Mereka menjawab: "Betul
(Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi"." (QS. Al-A'raaf: 172).
Pernyataan ini harus terus melekat dalam cita-cita hidup dan kehidupan
setiap manusia, mulai sejak alam rahim (alam kandungan ibu),di dalam alam
dunia, dan sampai alam akhirat.
Sebagai orang tua yang memegang prinsip ajaran Islam, sebaiknya
ia dapat memformulasikan keyakinannya itu dalam kehidupan anak-anaknya kelak.
Hal mendasar yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan contoh
kebiasaan-kebiasaan beribadah bagi anaknya yang sedang tumbuh dan berkembang
dalam kandungannya.
Untuk mencapai sifat-sifat kesempurnaan akhlak ini hendaklah
orangtuanya memberikan contoh-contoh positif bagi anak-anaknya termasuk anak
yang masih dalam kandungannya. Contoh keteladanan orang tua kepada anak yang
masih dalam kandungan cukup hanya dengan memberikan sensasi-sensasi
positif,dengan lembut penuh kasih sayang yang berorientasi kepada
akhlak,seperti berbicara sopan, penuh rasa hormat, dan kasih
sayang,mengharapkan anak-anak dalam kandungan responsif dan mengulang-ngulang
latihan/sensasi tersebut, dengan rasa tenang dan senang.
Dengan membiasakan langkah-langkah sederhana dalam berbagai
materi yang dapat memberikan sensasi atau stimulasi di mana si Bayi didalam
kandungan dapat menjawab atau meresponsnya, diharapkan si anak kelak dapat
lebih banyak menerima dan meningkatkan minat dan keterampilan pada hal-hal yang
baru. Seperti membiasakan dalam rutinitas shalat fardhu diawal waktu,
berpuasa sunnah, shalat qiyamul lail, mengaji dan banyak ibadah lain
adalah suatu contoh keteladanan orang tua kepada anak sejak dalam kandungan.
Dengan demikian berarti si anak tersebut telah terbiasa diajak belajar
menjalani ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah Swt. Sehingga keadaan
tersebut dengan sendirinya akan meningkatkan daya kecerdasan otak dan sensitif
terhadap suasana ilmiah si anak pralahir.
Referensi:
Abdurrahman, Jamal. 2005. Tahapan Mendidik Anak Teladan
Rasulullah. Bandung: Irsyad Baitus Salam.